Sabar!

Sepertinya, selama umur hidupku, kata Sabar akan selalu ada. Dalam setiap hal. Dalam setiap permasalahan. Dalam setiap keinginan. Dalam setiap upaya meraih cita-cita.
You name it, been thru it!

Proses kelahiranku….yang molor jauuuuhhhh……dari perkiraan. Dari tahap awal aja, aku mesti sabar untuk melihat dunia.
Proses …hmm, kalo mau dirinci setiap proses, gak bakal cukup halaman ini.

Fokus ke Reni a.k.a Dewi Anggraini a.k.a si Istri kontrak.
Naskah Istri kontrak yang judul awalnya adalah Cinta tak kan usai, dikirim ke penerbit sekitar bulan Maret 2005. Disetujui sekitar Mei, dan dimasukkan kedalam kontrak yang sama dengan si Fatty…uppss, Nad (Life Begins at Fatty). Si Nad terbit Oktober 2005. Si Reni harusnya nampang di toko buku akhir 2005. Tapi berhubung emaknya si Reni (yaitu diriku…hehehe) ngotot supaya Reni dibidani oleh Mas Bimo, si ganteng berkumis dari Grasindo akhirnya Reni dijadwalkan terbit pertengahan 2006.
Dan disitulah kesabaranku diuji. Pemilihan cover yang terasa bagai memilih pasangan hidup, rasanya lamaaaaaa……..sekali. Tak terhitung sudah segala emosi, kesel, sebel, sedih, putus asa, sampe mungkin mas Bimo ingin memplester mulutku supaya diem,….hahaha……hingga akhirnya ….akhirnya……..mas Bimo mengirimkan cover dengan wajah Reni yang…busyeettt…..aku gak membayangkan si Reni bisa secantik itu. Pantes aja si Andre bersedia membayar ….upppsss……. pokoknya gak malu-maluinlah untuk jadi menantu pilihan. Pantes aja Patricia…halah! Kenapa aku gak sekalian copy paste seluruh isi novel di blog ini! Hahahah

Semua novel yang pernah kutulis (yang belum diterbitkan sekalipun) merupakan karya special buatku karena memiliki cerita-cerita tersendiri dibalik proses pembuatannya.
Khusus untuk Reni, sangat….sangat…special. Sepertinya inilah satu-satunya novel, yang bahkan emaknya sendiri harus berhenti mengetik beberapa kali, karena larut oleh emosi dan menangis di dalam kamar di tengah malam. Dan sering setelah mengusap airmata, terjadi dialog dalam hatiku:
“kenapa aku harus menangis? Kurang kerjaan!”
“Tapi…hieekkss…kasihan kali nasib Reni….”
“Iya, tapi kenapa aku yang nangis?”
“Ya salah sendiri….kenapa sedih begini…..huhuhuhu…”

Akhirnya …..muncullah sebuah adegan yang beraromatheraphy, dan emaknya Reni bisa terkikik geli sambil mengetik.
“udah ah, ngetik dulu….kok malah cekikikan begini sih….”
“Ih, lucu kali si Andre…hihihi….”
“Astaga Reni….ah, udah, ngetik dulu”
“kenapa hanya karena menulis novel, aku bertingkah seperti orang gila ya…..”
“hahahaha”
“Ya Tuhan, jauhkan aku dari karya horror atau thriller, sebelum ada darah aseli yang berceceran…….”
“hahahahah……”

Diantara 2 pilihan

Saat berada di persimpangan :

* Melepaskan karir (jika ini bisa disebut karir) dan konsentrasi menulis sebagai kegiatan penuh waktu
* Tetap ‘ngantor’ dan mencuri waktu malam hari, wiken dan hari libur untuk menulis. Letih secara fisik dan mental.

Faktor finansial => aku tau apa yang harus kupilih.
Faktor kepuasan dan ketentraman batin => aku juga tau apa yang harus kupilih.

Tapi, jika masing-masing pertimbangan diatas justru menghasilkan 2 jawaban yang berbeda? :-(