Monday, October 31, 2005

LIFE BEGINS at FATTY


Dapatkan di Toko Buku terdekat...:-)




Sekilas dilayangkannya pandangannya keluar menembus jendela kamar yang terletak disampingnya. Dilihatnya mobil sedan hitam mengkilat yang parkir di rumah depan. Pasti mbak Asti sedang pulang untuk makan siang di rumah. Tiba-tiba sesosok tubuh semampai dibalut rok selutut hitam dan blazer dengan warna senada dari bahan kilat dan mewah keluar dari mobil dan melangkah masuk kerumah dengan langkah anggun. Baju dalamnya berwarna merah kilat. Masih dilengkapi dengan bros kuning yang indah melekat di bagian dada dan kalung mutiara kecil yang menyempurnakan penampilan mbak Asti. Walau pemandangan seperti itu sudah hampir tiap hari dilihatnya, tapi tetap saja ada perasaan iri di hati Nadia. Menjadi eksekutif muda dengan pakaian kantor yang anggun dan indah dan menapaki karir di perusahaan multinasional ternama adalah impiannya semenjak di bangku kuliah. Dalam bayangannya dulu, dia akan menjadi seperti mbak Asti atau para eksekutif muda yang lain. Setiap hari pergi ke kantor dengan blazer atau blus yang berkesan anggun. Hari ini memakai rok selutut, besok mungkin memakai celana panjang. Setiap hari akan disibuki dengan urusan kantor, mungkin sesekali ada meeting. Kena marah boss juga gak apa-apa. Tapi yah, mau apalagi?! Impian hanya sekedar impian. Mimpi yang tak pernah kesampaian.
Semakin lama semakin disadari oleh Nadia, motto: brain comes first itu tidak pernah berlaku. Yang ada justru: beauty and brain comes together. Yah, logikanya saja, kalau ada 2 calon karyawati sedangkan yang harus diterima hanya 1, pasti perusahaan itu akan memilih yang cantik, enak dilihat dan berpenampilan menarik dan anggun. Mana ada yang mau menerima karung beras dari bahan goni seperti dia. Nadia menarik napas panjang dengan perasaan nelangsa.
Masih lekat dalam ingatannya betapa naifnya dia dulu. Dengan semangat tinggi dia menapakkan kaki ke Batam setelah menyelesaikan kuliahnya di jurusan sastra Inggris. Tidak terhitung berapa banyak surat lamaran yang dilayangkannya namun semuanya terhenti di tahap interview akhir. Karena bidang kuliahnya yang termasuk umum, maka posisi yang dilamarnya juga hanya seputar posisi sekretaris atau administrasi. Tapi mana ada sih perusahaan yang mau meng-hire sekretaris gembrot kayak dia. Lama-lama Nadia mengerti juga keterbatasan yang dimilikinya namun sungguh mati disesalinya. Dia menyesali perusahaan-perusahaan yang picik yang sudah mengecewakannya itu. Dia juga tak henti-hentinya menyesali tubuhnya yang gemuk dan segala kekurangannya.
“Nadia, kamu tidak boleh putus asa. Kamu harus menyadari kelebihanmu, Nak. Tuhan tidak menciptakan hambanya hanya dengan segala kelemahan dan kekurangannya. Tuhan maha adil, Nak. Ada kekurangan, pasti ada kelebihan!” demikian mamanya dulu membujuk.
“Iya, kelebihanku kan ada di berat badan, ma!” sambar Nadia sengit. Hatinya masih sakit karena untuk kesekian kalinya diterimanya pemberitahuan : Maaf, anda kurang beruntung.
“Jangan begitu, nak! Lihat sekelilingmu, tidak sedikit wanita yang sukses walau badannya gemuk! Ada hughes, tika panggabean, roseanna barr, bahkan oprah winfrey dulu juga sempat gemuk! Kamu jangan rendah diri karenanya, nak! Kamu harus gali kelebihanmu ada dimana! Papa dan mama akan selalu mendukungmu!”
Nadia melengos dalam hati. Ah, mana bisa mama mengerti gejolak didalam hatinya. Mama juga nggak bisa membandingkannya dengan Hughes atau yang lainnya itu. Badan memang sama gemuknya, tapi wajah Hughes jauh lebih menarik dan cantik dari wajahnya. Tanpa dandan aja, Hughes sudah cantik. Apalagi kalau didandani. Sedangkan dia? Nggak didandani aja udah kayak ondel-ondel. Apalagi didandani, makin hancur dah. Lagian, walau sama gemuknya, kalau rezeki beda, gimana coba?!




“Nah Mister, dengarkan! Kita tidak saling mengenal. Dan aku tidak tau apa tujuanmu dua kali datang kemari dan…”
“Well, kenapa tidak kau tanyakan?”tukasnya sambil memamerkan sederet gigi putih yang menarik.
“Menanyakan apa?” tanya Nadia heran.
“Menanyakan tujuanku….katamu kau tidak tau…?!”
“Ok, aku tidak tau apa tujuanmu, dan aku tidak mau tau karena…”
“Kenapa tidak mau tau?”
“Karena itu bukan urusanku dan aku tidak…”
“Kok bukan urusanmu?Bukankah kau yang merasa terganggu dengan kedatanganku?”
“Aku memang sangat merasa terganggu dengan kedatanganmu, karena itu…”
“Lantas kenapa tidak kau tanyakan?”
“Apa peduliku? Yang penting…”
“Berarti kau hanya pura-pura merasa terganggu. Karena kalau tidak, kau pasti mau tau apa alasanku! Benar kan?!”
“Bisakah kau mendengarkanku tanpa memotong pembicaraan?Setauku itu adalah kebiasaan yang tidak sopan, kalau orang tuamu mengajarmu dengan betul!”
“Maaf, orang tuaku sudah meninggal!”
“Oh, Maaf!”
“Tidak apa! Teruskan!” ujar lelaki itu kalem. Muka Nadia sudah merah padam seperti kepiting rebus.
“Nah, dengar Mister. Aku tidak peduli apapun alasanmu mengunjungiku. Yang perlu kau tau adalah aku merasa sangat terganggu karena ulahmu yang selalu muncul mendadak dan…”
“Kau ingin aku menelpon dulu?”
“Apa?!” Sepasang alisnya menjengit keatas.
“Karena kau tidak suka kunjungan mendadak, apa itu berarti aku harus menelpon dulu?” suara lelaki itu terdengar kalem.
“Tidak, tak usah repot-repot menelponku karena…”
“Aku tidak merasa repot kok. Lagian, nomor ponselmu tertera di kartu namamu yang kau kasi waktu di pesta kemarin!”
“Kau yang mengambilnya tanpa seijinku. Dan jangan memutar-balikkan fakta!”
“Hey, apakah kau kuliah di jurusan hukum dulu?”
“Tidak, kenapa?”
“Ah, hanya mau tau saja!”
Sesaat Nadia kehabisan napas meladeni lelaki yang duduk santai dihadapannya. Betapapun dia berusaha melotot dan mendelikkan matanya sampai mau meloncat keluar, namun lelaki itu sepertinya tidak terpengaruh. Malah sepasang matanya menatap geli kearah Nadia.
“Daripada kita bertengkar terus, kenapa tidak kita nikmati saja steak dan kentang goreng ini? Ayolah Nadia, sekali ini saja jadilah tuan rumah yang baik, please?!” suara lelaki itu terdengar tulus membuat hati Nadia terusik.
“Tapi aku tidak mengenalmu!” jawabnya ragu.
Spontan lelaki itu mengulurkan tangannya.
“Panggil aku Jim. Dan aku tau namamu Nadia!” ujarnya setengah menggoda. Mau tak mau Nadia terpaksa tersenyum sambil membalas jabatan tangan lelaki itu.
“Nah, bisa kita mulai acara makannya?” tanyanya masih menggoda. Nadia mengangguk setengah tersipu, dan setengah kesal.
Mereka kemudian menyantap makanan dengan tenang. Tidak ada seorangpun yang berani bersuara, takut merusak ketenangan yang ada. Setelah selesai, Nadia memberikan sepotong black forest kepada Jim. Nampaknya lelaki itu menyukainya, terlihat dari caranya menyantap kue itu.
“Hmm, enak sekali! Thanks Nadia. Kau memang pintar masak!”
“Ah, hanya coba-coba…” Nadia tersipu.
“Kau pasti juga doyan makan. Biasanya orang yang doyan makan pasti juga pintar masak! Kecuali aku!” lelaki itu terkekeh geli. Tapi serentak muka Nadia memerah kembali.
“Apa maksudmu mengatakan aku doyan makan, eh?!” sentaknya tajam. Jim terbelalak kaget melihat perubahan suasana yang terjadi tiba-tiba itu.
“Lho, aku hanya menebak…”
“Nadia, please listen to me…!”
Bam! Nadia segera membanting pintu tepat di depan hidung Jim. Kemudian dia terduduk di lantai dengan pipi berurai air mata.




Setengah jam kemudian, dengan deg-degan Nadia mengetuk pintu rumah tetangganya. Tak berapa lama pintu terbuka dan Jim muncul dengan rambut dan badan masih meneteskan air. Harum sabun beraroma keras menyerbu hidung Nadia. Rupanya si Jim baru selesai mandi. Tapi yang membuat Nadia hampir mati berdiri adalah penampilan Jim yang bertelanjang dada dengan hanya mengenakan handuk dari perut sampai ke lutut. Sesaat mereka berdua terdiam dan saling terpana. Jim juga tidak menyangka akan kedatangan tamu seorang wanita.
“Ups, maaf, aku baru selesai mandi. Silahkan masuk, aku ganti baju dulu ya!” Jim buru-buru membukakan pintu lebih lebar dan segera terbang kekamarnya, meninggalkan Nadia yang terbengong. Setelah lelaki itu pergi, baru dia mampu mengambil napas mengisi paru-parunya yang hampir pecah. Astaga, bule ini betul-betul tidak tau malu! Gerutunya dengan muka merona merah. Bisa mati terjengkang dia kalau sampai handuk lelaki itu tiba-tiba jatuh didepannya,tambahnya sambil mengomel.
Sesaat Nadia merasa ragu apakah langsung masuk ke rumah atau menunggu sampai tuan rumah keluar dari kamar. Tak berapa lama yang ditunggu muncul juga dengan kaos dan celana pendek.




“Nad, ceritakan soal kotamu itu. Apakah mirip dengan Batam? Atau Jakarta?”
Dia menoleh dan menatap Jim heran. Namun lelaki itu serius menunggu jawabannya.
“Ok..Medan…hhmm..kota ketiga terbesar di Indonesia, sesudah Jakarta dan Surabaya. Cukup banyak mall dan plaza. Cewek-ceweknya cakep-cakep. Makanannya enak-enak. Nah, apa lagi yang kau mau tau?”
Jim seperti memikirkan sesuatu.
“Rasanya bulan depan aku akan ikut denganmu. Boleh?”
Nadia menatapnya heran.
“Ikut kemana?”
“Ke Medan!”
“Untuk apa?”
“Aku mau cuti ke Medan saja. Kalau diundang, aku juga mau datang ke pesta itu!” suara Jim pasti.
Nadia melongo.
“Kau gila ya?! Aku saja tidak berniat datang, kok kau…”
“Makanya kau terpaksa harus datang…masa’ kau biarkan aku tersesat sendiri di Medan?”
“Tidak!”
“Nad?!”
“Jangan memanggilku seperti itu. Pokoknya tidak!”
“Please Nad….masa’ kau tega? Mana darma baktimu pada negara dan kota kelahiranmu?”
“Apa hubungannya?” matanya mendelik heran.
“Lho, kalau aku ke Medan, pasti aku akan mengeluarkan banyak uang untuk belanja, beli oleh-oleh, bayar makan, minum, hotel..semua itu kan sumber pemasukan buat perekonomian Medan!”
“Kalau begitu, pergi saja ke kota lain!”
“Apa nggak rugi perekonomian kota lain yang lebih berkembang, dan bukannya kota kelahiranmu?!”
Nadia menatapnya geram.
“Kau bule pemeras. Bule sok tau. Bule brengsek. Bule…”
“Thanks, Nad! Kasi tau saja tanggal berapa kau mau berangkat. Nanti aku minta Elina pesankan tiket untuk kita!”
Tanpa menunggu jawaban Nadia, Jim bangkit dari kursinya dan melangkah ke pintu sambil berseru.
“Cool, man! Cuti ke Medan! Good Food! Hot chicks! Join de party! More good food! Absolutely more hot chicks! Oh Yeahhh!”
Nadia menatapnya semakin geram.
“Dasar gila!”
Bam! Dibantingnya pintu dengan keras.



(Selanjutnya baca sendiri ya...:-) )

(To Jaf, justru kali ini pembaca lebih dulu tau covernya dibanding si penulis. Hayoo buat yang dah beli, mohon dishare covernya atuh :-))

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

     
 

Syafrina @ blogdrive.com

buzz me

Lomba Blogfam HUT Kemerdekaan RI ke 61
Jumpa Penulis Blogfam
BlogFam Community Powered by Blogger
››  Grasindo
››  Gramedia
››  metropop
 
 
›› May 2005
›› October 2005
›› November 2005
›› December 2005
›› January 2006
›› February 2006
›› March 2006
›› April 2006
›› May 2006
›› June 2006
›› July 2006
›› August 2006
›› September 2006
›› October 2006
›› November 2006
›› December 2006
›› March 2007
›› April 2007
›› May 2007
›› June 2007
›› July 2007
›› August 2007
›› September 2007
›› October 2007
›› December 2007

 
››  dv
››  jaf
››  ryu
››  yuli
››  veli
››  eka
››  chia
››  mya
››  dian
››  nien
››  iwok
››  iwan
››  yaya
››  linda
››  sisca
››  khun
››  dinot
››  dhira
››  zawa
››  nunik
››  jamal
››  anina
››  renny
››  ryane
››  widya
››  pritha
››  apollo
››  ruslee
››  tika82
››  donna
››  hanan
››  tata03
››  samuel
››  rexanis
››  beverly
››  dahliana
››  deetopia
››  lorddhika
››  kanghadi
››  rainraven
››  ali asnawi
››  mariskova
››  jhon_lanon
››  oesoep835


segera terbit



 
 
tampilan dipermak oleh oesoep835