Monday, October 31, 2005

LIFE BEGINS at FATTY (Sekelumit kisah dibalik Layar)

Senin, 31 November 2005

Proses Kelahiran “Life Begins at Fatty”

Mungkin suatu saat nanti kau akan bertanya :”Bunda, kenapa namaku yang semula “Nadia” diganti menjadi “Life begins at Fatty”?
Maka aku akan buru-buru merengkuh bahumu dan berkata :”Nak, Duduk disini dan dengarkan Bunda cerita lika-liku kelahiranmu, mulai dari hanya berwujud sebuah ide hingga menjadi sebuah novel!”

“Nadia, semuanya bermula sejak tanggal 19 Oktober 2004. Saat itu bunda meninggalkan tapak kaki terakhir di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang ship building & repair di Tanjung Uncang. Kemudian bunda memutuskan pulang ke medan dengan pikiran yang kusut, kalut, dan tidak tenang. Bunda merasa jenuh bekerja di perusahaan, Nak. Selama bulan puasa hingga lebaran bunda hanya bersantai, membuat kue (salah satu hal favorit bunda) serta mendengarkan lagu sambil baca novel. Hingga akhirnya semua novel sewaan sampai kumpulan Donal Bebek habis terbaca, bunda kembali bingung ingin berbuat apa. Bunda hanya ingin menulis, menulis, menulis, tapi menulis apa?!
Akhirnya dengan modal laptop pinjaman dari bang Ithang, Bunda mulai menulis..menulis….dan menulis. Sekitar 20 hari kemudian lahirlah kakakmu :Andrena Sofia Nasution dalam sebuah buku Menjemput Impian. (Detail akan menyusul menjelang penerbitannya). Kemudian Bunda kembali menulis dan 10 hari kemudian lahirlah dirimu : Nadia Alifia. Kau begitu gemuk dan lucu. Bunda menuliskanmu dengan sepenuh hati dan masih terus mengeditmu demi membuat dirimu layak dibaca. Kemudian bunda mulai mencari-cari informasi penerbit dan memutuskan untuk menyerahkanmu pada Grasindo sekitar pertengahan Januari 2005. Kemudian bunda mulai memutuskan kembali ke Batam dan berkonsentrasi untuk melahirkan adik-adikmu: Karina Sundari (belum cukup dewasa untuk diterbitkan), Dewi “Reni” Anggraini (Insya Allah akan diterbitkan Grasindo, kalo harga kertas turun..hahaha), dan Shadina April Nasution (tahap pemantapan), juga Amira Januari dan Sabina yang masih 30 halaman (Phewww!!). Sekitar bulan Februari, bunda mengirimmu pada mas Arul Khana dan saat beliau memujimu, rasanya bunda ingin menangis terharu dan bahagia. Seakan-akan rasa percaya diri bunda tumbuh kembali. Sayangnya penerbitan beliau hanya menerima novel dengan ketebalan tertentu, sementara kamu terlalu gemuk, Nak. Mas Arul menyuruh bunda mengeditmu, tapi ternyata terlalu banyak halaman yang harus dibuang dan bunda tidak tega.Ternyata lamaaaa sekali bunda harus menunggu kabarmu dari Grasindo, sampai beberapa kali bunda telpon di bulan Maret dan April. Kemudian saat bunda umroh di penghujung April, bunda mendoakanmu, Nak. "Jika memang kamu akan memberikan manfaat buat pembaca, mudahkan prosesnya. Jika tidak, bunda ikhlas kamu tidak usah terbit".

Alhamdulillah, 2 Mei 2005 mbak Mira ngirim sms: “Selamat mbak, naskah diterima. Tinggal tunggu surat kontrak dan saya minta file-nya.” Bunda menangis saat itu, Nak. Bunda buru-buru mengirim soft copy dan memilih foto terbaik untuk ditempel di buku. Bunda bingung, foto yang mana ya?!Tapi akhirnya bunda berpikir, toh dirimu yang akan menjadi bintang, seorang Nadia Alifia, bukan bunda. Bunda cukup bahagia bisa melihatmu dipajang di toko buku, Nak.

Tapi lagi-lagi semuanya tidak semudah itu untuk diraih. Minggu demi minggu bunda tunggu, tapi blueprint-nya tak kunjung tiba. Awal Juni baru tiba dan bunda buru-buru memeriksa dan esoknya langsung dikirim kembali ke Jakarta. Kembali penantian minggu demi minggu. Tiba-tiba mbak Siska memberitahu bahwa terjadi salah kirim, bahwa itu naskah yang belum diedit editor, dan bahwa akan dikirim kembali naskah yang sudah diedit. Bunda mengelus dada sambil tersenyum sabar. Pertengahan Juli baru bunda terima blueprint yang sudah berisi ilustrasi gambar. Cantik sekali. Setelah dikirim ke Jakarta, kembali bunda menanti minggu demi minggu. Kemudian mas Bimo nelpon untuk mendiskusikan judul yang tepat. Nadia? Terlalu biasa. NAD? Kurang juga. Ok, I’m big…so what? Boleh juga. Beberapa minggu kemudian, mas Bimo menelpon lagi dengan alternative baru: Ok,..i’m big, so what gitu loh?! Maklum, ‘gitu lho’ kan lagi ngetren…hehehe

Kembali minggu demi minggu bunda menunggu dengan sabar. Hingga seminggu menjelang puasa mbak Mira telpon: “Bagaimana kalau judulnya diganti: Life begins at Fatty?” Rupanya mas Bimo tiba-tiba ada penampakan ide. Hmm, kedengarannya bagus juga. Bunda langsung setuju, walaupun masih bingung :”ternyata kamu belum juga dicetak…oalaaahhh ndduukkk!”. Itulah asal mulanya perubahan namamu.
Kemudian kembali bunda menanti hingga kamu selesai dicetak dan masuk ke gudang untuk kemudian didistribusi ke toko buku. Hingga akhirnya tanggal 21 Oktober 2005, kamu sudah masuk gudang dan siap untuk diedarkan.

"Nadia, 10 bulan lebih bunda membidanimu hingga menjadi sebuah novel yang layak dibaca. Kini satu-satunya doa bunda supaya kamu bisa bermanfaat buat siapapun yang membacamu. Adalah suatu kesia-siaan jika suatu karya dihasilkan tanpa membawa manfaat, lebih sedih jika justru membawa mudharat".

"Sekali lagi maafkan bunda, Nak. Nadia Alifia adalah nama yang bagus, akan lebih bagus jika dipadukan dengan rasa percaya diri dan selalu mensyukuri setiap karunia yang diberikan-Nya. Always count your blessing!”

Peluk sayang,
Bunda :-)



This Journey of Life is not Ended yet!

LIFE BEGINS at FATTY


Dapatkan di Toko Buku terdekat...:-)




Sekilas dilayangkannya pandangannya keluar menembus jendela kamar yang terletak disampingnya. Dilihatnya mobil sedan hitam mengkilat yang parkir di rumah depan. Pasti mbak Asti sedang pulang untuk makan siang di rumah. Tiba-tiba sesosok tubuh semampai dibalut rok selutut hitam dan blazer dengan warna senada dari bahan kilat dan mewah keluar dari mobil dan melangkah masuk kerumah dengan langkah anggun. Baju dalamnya berwarna merah kilat. Masih dilengkapi dengan bros kuning yang indah melekat di bagian dada dan kalung mutiara kecil yang menyempurnakan penampilan mbak Asti. Walau pemandangan seperti itu sudah hampir tiap hari dilihatnya, tapi tetap saja ada perasaan iri di hati Nadia. Menjadi eksekutif muda dengan pakaian kantor yang anggun dan indah dan menapaki karir di perusahaan multinasional ternama adalah impiannya semenjak di bangku kuliah. Dalam bayangannya dulu, dia akan menjadi seperti mbak Asti atau para eksekutif muda yang lain. Setiap hari pergi ke kantor dengan blazer atau blus yang berkesan anggun. Hari ini memakai rok selutut, besok mungkin memakai celana panjang. Setiap hari akan disibuki dengan urusan kantor, mungkin sesekali ada meeting. Kena marah boss juga gak apa-apa. Tapi yah, mau apalagi?! Impian hanya sekedar impian. Mimpi yang tak pernah kesampaian.
Semakin lama semakin disadari oleh Nadia, motto: brain comes first itu tidak pernah berlaku. Yang ada justru: beauty and brain comes together. Yah, logikanya saja, kalau ada 2 calon karyawati sedangkan yang harus diterima hanya 1, pasti perusahaan itu akan memilih yang cantik, enak dilihat dan berpenampilan menarik dan anggun. Mana ada yang mau menerima karung beras dari bahan goni seperti dia. Nadia menarik napas panjang dengan perasaan nelangsa.
Masih lekat dalam ingatannya betapa naifnya dia dulu. Dengan semangat tinggi dia menapakkan kaki ke Batam setelah menyelesaikan kuliahnya di jurusan sastra Inggris. Tidak terhitung berapa banyak surat lamaran yang dilayangkannya namun semuanya terhenti di tahap interview akhir. Karena bidang kuliahnya yang termasuk umum, maka posisi yang dilamarnya juga hanya seputar posisi sekretaris atau administrasi. Tapi mana ada sih perusahaan yang mau meng-hire sekretaris gembrot kayak dia. Lama-lama Nadia mengerti juga keterbatasan yang dimilikinya namun sungguh mati disesalinya. Dia menyesali perusahaan-perusahaan yang picik yang sudah mengecewakannya itu. Dia juga tak henti-hentinya menyesali tubuhnya yang gemuk dan segala kekurangannya.
“Nadia, kamu tidak boleh putus asa. Kamu harus menyadari kelebihanmu, Nak. Tuhan tidak menciptakan hambanya hanya dengan segala kelemahan dan kekurangannya. Tuhan maha adil, Nak. Ada kekurangan, pasti ada kelebihan!” demikian mamanya dulu membujuk.
“Iya, kelebihanku kan ada di berat badan, ma!” sambar Nadia sengit. Hatinya masih sakit karena untuk kesekian kalinya diterimanya pemberitahuan : Maaf, anda kurang beruntung.
“Jangan begitu, nak! Lihat sekelilingmu, tidak sedikit wanita yang sukses walau badannya gemuk! Ada hughes, tika panggabean, roseanna barr, bahkan oprah winfrey dulu juga sempat gemuk! Kamu jangan rendah diri karenanya, nak! Kamu harus gali kelebihanmu ada dimana! Papa dan mama akan selalu mendukungmu!”
Nadia melengos dalam hati. Ah, mana bisa mama mengerti gejolak didalam hatinya. Mama juga nggak bisa membandingkannya dengan Hughes atau yang lainnya itu. Badan memang sama gemuknya, tapi wajah Hughes jauh lebih menarik dan cantik dari wajahnya. Tanpa dandan aja, Hughes sudah cantik. Apalagi kalau didandani. Sedangkan dia? Nggak didandani aja udah kayak ondel-ondel. Apalagi didandani, makin hancur dah. Lagian, walau sama gemuknya, kalau rezeki beda, gimana coba?!




“Nah Mister, dengarkan! Kita tidak saling mengenal. Dan aku tidak tau apa tujuanmu dua kali datang kemari dan…”
“Well, kenapa tidak kau tanyakan?”tukasnya sambil memamerkan sederet gigi putih yang menarik.
“Menanyakan apa?” tanya Nadia heran.
“Menanyakan tujuanku….katamu kau tidak tau…?!”
“Ok, aku tidak tau apa tujuanmu, dan aku tidak mau tau karena…”
“Kenapa tidak mau tau?”
“Karena itu bukan urusanku dan aku tidak…”
“Kok bukan urusanmu?Bukankah kau yang merasa terganggu dengan kedatanganku?”
“Aku memang sangat merasa terganggu dengan kedatanganmu, karena itu…”
“Lantas kenapa tidak kau tanyakan?”
“Apa peduliku? Yang penting…”
“Berarti kau hanya pura-pura merasa terganggu. Karena kalau tidak, kau pasti mau tau apa alasanku! Benar kan?!”
“Bisakah kau mendengarkanku tanpa memotong pembicaraan?Setauku itu adalah kebiasaan yang tidak sopan, kalau orang tuamu mengajarmu dengan betul!”
“Maaf, orang tuaku sudah meninggal!”
“Oh, Maaf!”
“Tidak apa! Teruskan!” ujar lelaki itu kalem. Muka Nadia sudah merah padam seperti kepiting rebus.
“Nah, dengar Mister. Aku tidak peduli apapun alasanmu mengunjungiku. Yang perlu kau tau adalah aku merasa sangat terganggu karena ulahmu yang selalu muncul mendadak dan…”
“Kau ingin aku menelpon dulu?”
“Apa?!” Sepasang alisnya menjengit keatas.
“Karena kau tidak suka kunjungan mendadak, apa itu berarti aku harus menelpon dulu?” suara lelaki itu terdengar kalem.
“Tidak, tak usah repot-repot menelponku karena…”
“Aku tidak merasa repot kok. Lagian, nomor ponselmu tertera di kartu namamu yang kau kasi waktu di pesta kemarin!”
“Kau yang mengambilnya tanpa seijinku. Dan jangan memutar-balikkan fakta!”
“Hey, apakah kau kuliah di jurusan hukum dulu?”
“Tidak, kenapa?”
“Ah, hanya mau tau saja!”
Sesaat Nadia kehabisan napas meladeni lelaki yang duduk santai dihadapannya. Betapapun dia berusaha melotot dan mendelikkan matanya sampai mau meloncat keluar, namun lelaki itu sepertinya tidak terpengaruh. Malah sepasang matanya menatap geli kearah Nadia.
“Daripada kita bertengkar terus, kenapa tidak kita nikmati saja steak dan kentang goreng ini? Ayolah Nadia, sekali ini saja jadilah tuan rumah yang baik, please?!” suara lelaki itu terdengar tulus membuat hati Nadia terusik.
“Tapi aku tidak mengenalmu!” jawabnya ragu.
Spontan lelaki itu mengulurkan tangannya.
“Panggil aku Jim. Dan aku tau namamu Nadia!” ujarnya setengah menggoda. Mau tak mau Nadia terpaksa tersenyum sambil membalas jabatan tangan lelaki itu.
“Nah, bisa kita mulai acara makannya?” tanyanya masih menggoda. Nadia mengangguk setengah tersipu, dan setengah kesal.
Mereka kemudian menyantap makanan dengan tenang. Tidak ada seorangpun yang berani bersuara, takut merusak ketenangan yang ada. Setelah selesai, Nadia memberikan sepotong black forest kepada Jim. Nampaknya lelaki itu menyukainya, terlihat dari caranya menyantap kue itu.
“Hmm, enak sekali! Thanks Nadia. Kau memang pintar masak!”
“Ah, hanya coba-coba…” Nadia tersipu.
“Kau pasti juga doyan makan. Biasanya orang yang doyan makan pasti juga pintar masak! Kecuali aku!” lelaki itu terkekeh geli. Tapi serentak muka Nadia memerah kembali.
“Apa maksudmu mengatakan aku doyan makan, eh?!” sentaknya tajam. Jim terbelalak kaget melihat perubahan suasana yang terjadi tiba-tiba itu.
“Lho, aku hanya menebak…”
“Nadia, please listen to me…!”
Bam! Nadia segera membanting pintu tepat di depan hidung Jim. Kemudian dia terduduk di lantai dengan pipi berurai air mata.




Setengah jam kemudian, dengan deg-degan Nadia mengetuk pintu rumah tetangganya. Tak berapa lama pintu terbuka dan Jim muncul dengan rambut dan badan masih meneteskan air. Harum sabun beraroma keras menyerbu hidung Nadia. Rupanya si Jim baru selesai mandi. Tapi yang membuat Nadia hampir mati berdiri adalah penampilan Jim yang bertelanjang dada dengan hanya mengenakan handuk dari perut sampai ke lutut. Sesaat mereka berdua terdiam dan saling terpana. Jim juga tidak menyangka akan kedatangan tamu seorang wanita.
“Ups, maaf, aku baru selesai mandi. Silahkan masuk, aku ganti baju dulu ya!” Jim buru-buru membukakan pintu lebih lebar dan segera terbang kekamarnya, meninggalkan Nadia yang terbengong. Setelah lelaki itu pergi, baru dia mampu mengambil napas mengisi paru-parunya yang hampir pecah. Astaga, bule ini betul-betul tidak tau malu! Gerutunya dengan muka merona merah. Bisa mati terjengkang dia kalau sampai handuk lelaki itu tiba-tiba jatuh didepannya,tambahnya sambil mengomel.
Sesaat Nadia merasa ragu apakah langsung masuk ke rumah atau menunggu sampai tuan rumah keluar dari kamar. Tak berapa lama yang ditunggu muncul juga dengan kaos dan celana pendek.




“Nad, ceritakan soal kotamu itu. Apakah mirip dengan Batam? Atau Jakarta?”
Dia menoleh dan menatap Jim heran. Namun lelaki itu serius menunggu jawabannya.
“Ok..Medan…hhmm..kota ketiga terbesar di Indonesia, sesudah Jakarta dan Surabaya. Cukup banyak mall dan plaza. Cewek-ceweknya cakep-cakep. Makanannya enak-enak. Nah, apa lagi yang kau mau tau?”
Jim seperti memikirkan sesuatu.
“Rasanya bulan depan aku akan ikut denganmu. Boleh?”
Nadia menatapnya heran.
“Ikut kemana?”
“Ke Medan!”
“Untuk apa?”
“Aku mau cuti ke Medan saja. Kalau diundang, aku juga mau datang ke pesta itu!” suara Jim pasti.
Nadia melongo.
“Kau gila ya?! Aku saja tidak berniat datang, kok kau…”
“Makanya kau terpaksa harus datang…masa’ kau biarkan aku tersesat sendiri di Medan?”
“Tidak!”
“Nad?!”
“Jangan memanggilku seperti itu. Pokoknya tidak!”
“Please Nad….masa’ kau tega? Mana darma baktimu pada negara dan kota kelahiranmu?”
“Apa hubungannya?” matanya mendelik heran.
“Lho, kalau aku ke Medan, pasti aku akan mengeluarkan banyak uang untuk belanja, beli oleh-oleh, bayar makan, minum, hotel..semua itu kan sumber pemasukan buat perekonomian Medan!”
“Kalau begitu, pergi saja ke kota lain!”
“Apa nggak rugi perekonomian kota lain yang lebih berkembang, dan bukannya kota kelahiranmu?!”
Nadia menatapnya geram.
“Kau bule pemeras. Bule sok tau. Bule brengsek. Bule…”
“Thanks, Nad! Kasi tau saja tanggal berapa kau mau berangkat. Nanti aku minta Elina pesankan tiket untuk kita!”
Tanpa menunggu jawaban Nadia, Jim bangkit dari kursinya dan melangkah ke pintu sambil berseru.
“Cool, man! Cuti ke Medan! Good Food! Hot chicks! Join de party! More good food! Absolutely more hot chicks! Oh Yeahhh!”
Nadia menatapnya semakin geram.
“Dasar gila!”
Bam! Dibantingnya pintu dengan keras.



(Selanjutnya baca sendiri ya...:-) )

(To Jaf, justru kali ini pembaca lebih dulu tau covernya dibanding si penulis. Hayoo buat yang dah beli, mohon dishare covernya atuh :-))

Friday, October 28, 2005

Aku tau........ :-(



Seorang teman bertanya:”Na, aku ingggiiinnnn sekali menemuinya sebelum dia mudik ke kampung halamannya. (Dia adalah seorang pria yang telah lama menjadi obsesi temanku. Tidak sekedar obsesi, mungkin juga sebuah kerinduan, rasa cinta yang terlalu mendalam yang walo diutak-atik begimanapun tetap tak akan terlupakan) Tapi disisi lain aku sudah berjanji pada-Nya untuk tidak menemui lelaki itu lagi, karena biasanya lebih banyak hal mudharat yang terjadi jika kami bertemu. Tapi aku sangaaaattt merindukannya, Na. Sangat. Terlalu rindu!” demikian bisik lirih temanku, sebut saja namanya Nena.

Aku terbengong menatapnya. Aku tau si pria akan bertolak meninggalkan Singapura menuju kampong halamannya di daerah middle east sono, sabtu ini tgl 29 Oktober 2005. Aku juga tau bahwa ibu si pria sudah memilihkan seorang gadis untuknya. Aku juga tau bahwa Nena hanyalah seorang gadis ‘di luar pagar’ yang tidak akan pernah bisa masuk hitungan sebagai calon istri pria itu. Aku juga tau bahwa kemanapun Nena melangkah, sosok pria itu akan mengikutinya seperti sebuah bayangan yang tidak akan terpisah sepenuhnya, selamanya.

Kini aku menghela napas. Setelah sekian banyak kalimat “aku tau….” tadi, aku berkata:”Nena, aku bener-bener gak tau harus berkata apa!”
Nena: “Kok gitu?!Apa kamu gak tau perasaanku? Rasa kesepianku? Kesedihanku?Penantianku yang tak berujung?”
Aku : “Justru karena Aku Tau,aku mengerti, makanya aku gak tau harus berkata apa!”
Nena: “Lantas apa gunanya seorang teman sepertimu?”
Aku: “Aku mungkin gak tau harus berkata apa. Tapi aku tau bahwa kau bisa Menangis bersamaku, tertawa bersamaku, curhat di bahuku, tanpa harus mendengar kalimat sok tau dan sok dewasa dari mulutku. Kau tau itu, kan?!”
Sesenggukan Nena memelukku: “Na, aku rindu padanyaaaa….huhuhu….hieeekssss!”
“Aku tau, Nena……aku tau……….”
Dalam diam, kupeluk sahabatku.


Ah Nena, andai cinta bisa memilih, tentu airmata tidak akan banyak tertumpah.
Sabarlah, DIA sedang mengajarkan kita arti kesabaran, menahan diri, dan mencoba mengenali arti cinta yang sebenarnya. Kuharap kau tau itu!



Batam, October 28, 2005
6.46 AM

Monday, October 24, 2005

Finally...Thank God!!!


Batam, 21st October 2005

Life offers many unpredictable things! True indeed!
When I looked back years that have passed me by, I was shocked, amazed, and finally took a deep breath.
God has a very special way to bring me this far, and I’m grateful for that.
There were times that full of tears, hopelessness, despair, depression. Those times when my self confidence and pride (something that I proudly have) fell down to zero level, times when I don’t feel like going out and meeting friends, times when I prefer to be alone in my room with no single light, times when a lot of question kept knocking on my head.
What am I, who am I, where am I, what I wanna be, who I wanna be, where I wanna be, what I really wanna do, how I wanna fill my life, ….
Those times when I really felt tired living my life, tired having to struggle all the time in order to survive, tired….. I was just tired…:-(((

Now when my first novel is published, I choose to be alone in my room again, doing nothing, and start thinking while looking back to those times. Alhamdulillah, God has put me in those difficult times to let me know myself better, realized what I really wanna do in this life.

I’d like to thank God for not making my life too smooth and easy, but challenging and full of obstacles instead, which makes me count each blessing with grateful. Thanks to Mom and Dad for showering me with love, affection, and continuous prayers. Sis and bro who always watched my steps very closely (Phew!) and nieces and nephew who makes me realized I’m growing older and older each day! And 1 special sister, Riana Alfiani “I do care about you!”.
Friends who were there (willingly or not :-)) ; Yuli Berliantin, Pandini Dwi (those times spent to read the novel draft), Gopal Molakal (syukriya for sharing some uncensored stories ..), Rashid Mohiuddin (you inspired me in a special way), and IATSS alumnae especially : David Dev Peter, and Nicky Conde Esmero. KJI groups, especially Mbak Dyah for legal advice (gratis lho…hehehe), Kosi for being patience with me during those difficult times and Mbak Septi for introducing me to Arul Khana. Thanks to Pak Arul Khana (PT Mandar Tiga Utama) for saying that “Nad” is an interesting novel. (You have no idea how much those words mean to me!)

Anddddd……to everybody under Grasindo, especially Mbak Siska (gak bosen2 meladeni telponku), Mas Bimo (suaranya empuk, euy…hehehe), and mbak Mira (your kind attention).
From the bottom of my heart, I’d like to say: “Thank You!” (terima kasih, buhut syukriya, matur nuwun, well, that wont change the meaning, anyway)

Enjoy reading my novel: “Life Begins at Fatty”

This journey of life is not ended yet……

Wednesday, October 12, 2005

Curhatan Perdana...Phewwww!!!!

Wednesday, 12th October 2005

3.25 AM (yeah, morning off course, wat else?!)

Yipppiiieee! Pertama kali dalam sejarah puasa yang udah berjalan seminggu ini, bisa bangun sebelum jam 4. Masih mikirin apa ya yang bisa buat bangun?! Mungkin ngebayangin aroma kopi instant yang bakal nambah semangat tak-tik-tak-tik, ....ato ngebayangin tugas dadakan dari JKT....?!??! kayaknya yang kedua deh.
Anyway, gak nyangka, ternyata sejam kerjaan dah selese. Ngecek blog, ngeliat respon si Novita. Ngapdet blog?! Aduh non, aku mesti nulis apaan neh?! Yang ada aku malah jjpb(jalan2 pagi buta, bo')ke blog tetangga, dan akhirnya..well, inilah updetanku terbaru.
Satu jam lagi dah imsak. Moga2 puasanya lancar! dan postinganku setelah ini akan lebih "berisi dan gemuk". Let's see lah....
     
 

Syafrina @ blogdrive.com

buzz me

Lomba Blogfam HUT Kemerdekaan RI ke 61
Jumpa Penulis Blogfam
BlogFam Community Powered by Blogger
››  Grasindo
››  Gramedia
››  metropop
 
 
›› May 2005
›› October 2005
›› November 2005
›› December 2005
›› January 2006
›› February 2006
›› March 2006
›› April 2006
›› May 2006
›› June 2006
›› July 2006
›› August 2006
›› September 2006
›› October 2006
›› November 2006
›› December 2006
›› March 2007
›› April 2007
›› May 2007
›› June 2007
›› July 2007
›› August 2007
›› September 2007
›› October 2007
›› December 2007

 
››  dv
››  jaf
››  ryu
››  yuli
››  veli
››  eka
››  chia
››  mya
››  dian
››  nien
››  iwok
››  iwan
››  yaya
››  linda
››  sisca
››  khun
››  dinot
››  dhira
››  zawa
››  nunik
››  jamal
››  anina
››  renny
››  ryane
››  widya
››  pritha
››  apollo
››  ruslee
››  tika82
››  donna
››  hanan
››  tata03
››  samuel
››  rexanis
››  beverly
››  dahliana
››  deetopia
››  lorddhika
››  kanghadi
››  rainraven
››  ali asnawi
››  mariskova
››  jhon_lanon
››  oesoep835


segera terbit



 
 
tampilan dipermak oleh oesoep835